Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bekerja sama dengan
Asosiasi Perguruan Tinggi Ilmu Komputer (APTIKOM), Noosc Academy, dan PT
Xynexis International mencari bibit-bibit baru untuk menangkal serangan
di dunia siber.
Program yang dilabeli
Born to Control tercetus setelah melihat temuan ID-SIRTI yang mencatat adanya 25 juta serangan siber di Indonesia sepanjang tahun 2015.
Berkaca
pada temuan tersebut, Menkominfo Rudiantara mengaku merasa perlu
membuat badan sertifikasi dan menyiapkan tenaga ahli di bidang serangan
siber.
"Tahun 2015 per hari ada 75 juta serangan dan kebanyakan
malware, hal ini tidak bisa didiamkan. Kita perlu mencegahnya secara
teknis dan butuh SDM yang mengerti hal teknis," ungkap Rudiantara disela
konferensi media di Jakarta, Senin (30/1).
Ia melanjutkan program ini kerap dikaitkan dengan kondisi saat ini yang tengah ramai pemberitaan berita hoax.
Alih-alih
menjadi buzzer atau peretas, Rudi berharap tenaga kerja muda yang
meiliki kemampuan mumpuni di bidan informasi teknologi tertarik
mengikuti program ini.
"Sebenarnya orang yang ahli di bidang
kemanan siber ada, tapi orangnya itu-itu saja. Kita butuh
sebanyak-banyaknya ahli di bidang keamanan siber," imbuhnya.
Penyaringan
tenaga siber nantinya membidik 10 ribu peserta dari 10 kota di Jakarta,
medan, Palembang, Bandung, Jogja, Denpasar, Malang, Manado, Samarinda,
dan Makassar.
Eva Noor, Chairman Program Born to Control memastikan saat ini sudah
ada 1.800 pserta yang mendaftar. Nantinya dari target 10 ribu peserta,
panitia akan menyeleksi 100 peserta yang berkesempatan mengikuti proses
mentoring.
Dari 100 peserta tersebut nantinya akan dipilih 10
terbaik untuk disalurkan ke sejumlah perusahaan atau instansi yang
membutuhkan tenaga ahli di bidang keamanan siber.
"Saat ini
mahasiswa jurusan TI di Indonesia mencapai 400 ribu orang, untuk bisa
masuk ke dunia kerja tidak cukup hanya bisa hacking saja tapi juga perlu
adanya penegenalan industri,"ungkap Eva saat ditemui di kesempatan yang
sama.
Meski ditargetkan bisa mencetak 100 tenaga ahli siber,
namun Eva tidak menampik jika program ini juga mencari sumber daya
manusia yang berkualitas.
Selain harus memiliki kemampuan
hacking,
program ini juga akan memberikan pelatihan terkait kepribadian, standar
kerja, dan pengenalan industri. Setelah menyelesaikan program ini,
nantinya peserta akan mendapatkan sertifikasi profesi untuk disalurkan
ke industri yang membutuhkan tenaga ahli cyber security.
=========================================================================
Original Post :
CNN Indonesia